This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 29 Februari 2012

Menggapai Ikhlas Dalam Ibadah


Menggapai Ikhlas dalam Beribadah

Dalam agama islam diterima atau tidak peribadahan seseorang selurunya bermuara pada dua perkara, yaitu ikhlas dan ittiba’. Ikhlas artinya hanya mengharap balasan dari  Allah l semata dan ittiba’ hanya meniru dan mencontoh Rosul n semata dalam peribadahannya. Dua perkara diatas merupakan syarat di terimanya suatu ibadah. Oleh karena itu Fudhoil Bin Iyadh v tatkala memaknai firman Allah l,

“ Agar dia menguji siapakah diantara kalian yan lebih baik amalnya.” (QS Hud [11]: 7)
Ia berkata, “yang paling iklas dan yang paling benar amalnya,” di tanyakan kepadanya,”Wahai Abu Ali (Fudhoil Bin Iyadh) maksudnya apa?” ia berkata,” Sesungguhnya ibadah seseorang jika hanya ikhlas saja tanpa benar maka ibadanya tersebut tertolak, begitu juga hanya benar saja tanpa ikhlas tertolak juga ingga ibadahnya tersebut memenuhi keduanya yaitu ikhlas dan benar. Ikhlas maksudnya hanya mengharapkan balasan dari Allah l dan benar maksunya ittiba’ yaitu sesuai dengan sunnah Rosul n.

Ikhlas secara istilah syar’i  artinya menghilangkan dan membersihkan amal dari hal-hal yang dapat mengotori kemurnian amalan tersebut kemudian ditujukan hanya untuk Allah l semata.
Kesuksesan dan keberhasilan seorang hamba baik di dunia maupun di akhira salah satunya di ukur dengan ikhlas. Ia merupakan inti dari seluruh amalan seorang hamba. Ibarat jasad ikhlas merupakan ruh, tanpa ruh jasad hanyalah seonggok daging dan tulang yang tak punya peran. Tapi dengan ruh, jasad yang awalnya tak punya arti kini dengan leluasa bisa bergerak. Begitu pula ikhlas merupakan ruh suatu amalan seorang hamba tiada artinya dimata Allah l walaupun amalan itu sepenuh langit dan bumi.

Ketika islam menjadikan ikhlas sebagai salah satu syarat diterimanya suatu amalan ibadah, maka dalam banyak ayat-Nya Allah l memerintahkan dan memotivasi para pemeluknya agar senantiasa menghadirkan ikhlas dalam semua peribadaan, diantaranya:
“Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu kitab  (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan kepada-Nya.”
Lalu pada ayat sesudahnya:

‘Katakanlah: Sesungguhnya aku di perintahkan di perintakan supaya menyembah Allah dengan (ikhlas) memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama (QS. Az Zumar [39]; 11)

Serta masih banyak lagi ayat yang senada yang bisa kita lihat dalam Al Qur’an.
Berdasarkan keterangan diatas terhadap perintah wajibnya ikhlas dalam beribadah. Seorang muslim yang taat dan patuh pada aturan Allah l  harus merealisasikan perintah tersebut dalam semua bentuk peribadahan dan menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkann nilai ikhlas dalam hati.

Selain syarat diterimanya suatu ibadah, ikhlas pun merupakan salah satu tandaterlepasnya seorang hamba yang mukmin dari penyakit munafik. Karena sungguhnya orang munafik itu dalam beribadah tidak murni ikhlas karena Allah l tetapi ingin dilihat dan di sanjung oleh manusia.