This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 26 Juni 2012

Titik Mula Sebuah Perjalanan



TITIK MULA SEBUAH PERJALANAN
Titik mula perjalanan ini adalah saat penciptaan manusia pertama, bapak seluruh manusia yaitu Nabi Adam p yang diciptakan Alloh l dari tanah dengan tangan-Nya sendiri. Kemudian ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya. Para malaikat pun bersujud kepada Adam p sebagai  bukti ketaatan mereka kepada Alloh l dan penghormatan mereka kepada Adam p. Namun pada saat yang sama, terjadilah suatu kedurhakaan yang besar sekali berupa pembangkangan Iblis terhadap Alloh l dengan menolak untuk bersujud kepada Adam p seraya takabur atas dasar klaim bahwa bahan asal penciptaan dirinya, yaitu api yang dianggapnya lebih mulia dari bahan asal penciptaan Adam p, yaitu tanah. Murkalah Alloh l dan terkutuklah Iblis.
Alloh l berfirman:

“(Ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada para  malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.’ Maka apabila telah Ku-sempurnakan penciptaannya dan Ku-tiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kalian bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat pun bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan jadilah dia termasuk orang-orang yang kafir. Alloh berfirman: ‘Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?’ Iblis berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’ Alloh berfirman: ‘Keluarlah kau dari surga! Sesungguhnya kau adalah makhluk yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (QS. Shod [38]: 71-78



TERGODA DAN TURUN KE BUMI





Setelah Adam p dianugerahi seorang istri yang Alloh l ciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam p sendiri, mereka berdua pun dipersilahkan untuk menghuni surga dengan diberikan dua pesan yaitu agar berhati-hati  jangan sampai musuh mereka Iblis menipu mereka dan mengeluarkan mereka dari surga dan pesan kedua agar tidak mendekati salah satu pohon surga.

Tetapi pada kenyataannya, Adam p terpedaya oleh tipuan Iblis yang membujuk dan merayunya. Maka didekatinya pohon itu bahkan kemudian mereka berdua mencicipi buahnya.

Adam p dan Hawa pun menyesal serta mengakui kesalahan mereka, lalu meminta ampun kepada Alloh l dan Alloh l pun mengampuni mereka. Kemudian Alloh l memerintahkan mereka untuk keluar dari surga dan turun ke bumi.
Alloh l berfirman:

“Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zholim.” (QS. al-Baqoroh [2]: 35)
 
“Maka Kami berkata: ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka’.” (QS. Thoha [20]: 117)  
“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari aurat mereka  dan setan berkata: ‘Robb kalian  tidak melarang kalian untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).’ Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. ‘Sesungguhnya saya adalah seorang penasehat bagi kalian berdua.’ Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah mencicipi buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Robb mereka menyeru mereka: ‘Bukankah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepada kalian: ‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua?” (QS. al-A'rof [7]: 20-22)
Demikianlah godaan, bujukan dan rayuan Iblis kepada Adam p dan istrinya Hawa, yang menyebabkan keduanya dikeluarkan dari surga dan diturunkan untuk mendiami bumi.


PESAN DI GERBANG SURGA

Bersamaan dengan turunnya Adam p dan Hawa dari surga ke bumi, Iblis pun diturunkan dari surga untuk kemudian tinggal di bumi yang sama dengan keduanya.
Dalam pelepasan kedua jenis makhluk Alloh l itu, Alloh l pun memberi pesan terakhir kepada mereka sebelum menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang sebelumnya, yaitu kehidupan dunia yang penuh dengan liku-liku kesedihan dan kesulitan. Kehidupan yang penuh cobaan dan pertarungan di antara kedua jenis makhluk itu.
Alloh l  berfirman: 
“Turunlah kalian semua dari surga! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian lainnya. Jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan sengsara. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan akan Kami kumpulkan mereka pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha [20]: 123-124)
 
“Kami berfirman: ‘Turunlah kalian semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.’ Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqoroh [2]: 38-39)
Turunlah Adam p dan istrinya untuk menjalankan tugas yang memang telah ditentukan sebelumnya.





AMANAT BESAR

Turunlah pasangan manusia pertama untuk menjalankan tujuan penciptaan dan tugas utamanya yaitu menunaikan amanat yang telah diterimanya dengan sukarela, padahal  langit, bumi dan gunung-gunung menolak dan merasa ngeri untuk memikulnya.
Alloh l berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zholim dan amat bodoh.” (QS. al-Ahzab [33]: 72)

Ibnu Katsir v meriwayatkan bahwa Al Oufi v (salah seorang murid Ibnu ‘Abbas h) meriwayatkan bahwasanya Ibnu Abbas h  berkata:

Yang dimaksud dengan amanat adalah “ketaatan”. Alloh l telah menawarkan kepada makhluk-makhluk itu (yaitu langit, bumi dan gunung-gunung) sebelum menawarkannya kepada Adam p. Maka Alloh l berfirman kepada Adam p: Aku telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, akan tetapi mereka tidak bersedia memikulnya. Apakah engkau siap memikulnya? Adam p pun bertanya: “Wahai Robb, apakah kandungannya? Alloh l pun berfirman: “Jika engkau berbuat baik maka engkau akan diganjar kebaikan sebaliknya jika engkau berbuat buruk, maka engkau akan dihukum (siksa)”, maka Adam p pun menerima amanat itu.”

Kita perhatikan ayat tersebut dengan seksama dan memperhatikan pula penafsiran Ibnu Abbas h tersebut dengan tidak dirinci isi dan konsekuensi amanat tersebut. Yang ada adalah penetapan status “perhitungan”. Tetapi Ibnu Katsir v setelah meriwayatkan perkataan dari beberapa ulama salaf yang kemudian beliau menyimpulkan bahwa amanat itu adalah “tugas, perintah-perintah dan larangan-larangan”.

Pesan di gerbang surga pun mengandung janji bahwa Alloh l akan menurunkan hidayah-Nya (petunjuk-Nya) dan menjanjikan ganjaran yang baik untuk mereka yang mengikuti petunjuk itu serta ancaman hukuman untuk mereka yang menolaknya. Petunjuk yang Alloh l turunkan adalah Islam itu sendiri.
  • Jadi amanat itu adalah ajaran-ajaran Islam. Yaitu, Islam yang murni bukan Islam yang dirasuki oleh kepalsuan-kepalsuan.
  • al-Qur’an telah menjelaskan dua hal yang menjadi cakupan amanat ini secara tersirat, yaitu tujuan hidup dan tugas (jabatan) manusia (kekhilafahan).

Jadi amanat itu adalah penerapan Islam dalam pelaksanaan tujuan hidup dan penunaian tugasnya.

Kamis, 31 Mei 2012

PRINSIP-PRINSIP UTAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH


Berikut adalah sebagian besar dari prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah wal Jama`ah yang pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Dinul Islam yang murni seperti yang disampaikan Rosululloh ` tanpa tercampur unsur-unsur dari luar wahyu Ilahi. Setelah mempelajari dasar-dasar ini akan bertambah keyakinan seseorang tentang kebenaran Islam, keyakinan bahwasanya Islam yang murni dan asli adalah manhaj Ahlussunnah wal Jama`ah. 
 
    1.Sumber agama Islam dengan segala seginya adalah wahyu Alloh dalam bentuk Al-Qur’an dan Hadits yang shohih.
 [1]Dalil prinsip ini adalah Firman Alloh l
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang amat lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” {QS. Al Isro` [17]: 9}
Alloh l berfirman:
"Apa yang diberikan Rosul kepada kalian maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh sangat keras hukumanNya.” {QS.Al Hasyr [59]: 7}

Rosululloh `  bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.
“Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku  dan sunnah para khalifah Rasyidin (yang terarahkan) dan mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah hal tersebut dengan gigi geraham”.[2]
Alloh l berfirman :
"Dan Alloh telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Sesungguhnya karunia Alloh sangat besar atasmu". {QS. An Nisa’ [4]: 113}
Arti Hikmah disini adalah As-Sunnah
Alloh l berfirman :
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” {QS. An Najm [53]: 4}
Ini berarti bahwa hadist-hadist Rosululloh ` pun adalah wahyu dari Alloh.
Rosululloh `  bersabda :
اَلاَ اِنِّى اُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ.
“Ketahuilah sesungguhnya aku diberikan Al-Qur`an dan yang sejenisnya (Sunnah) bersama-sama dengannya”.[3]

Hasan bin `Athiyah v  berkata:
كاَنَ جِبْرِيْلُ يَنْزِلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ بِالسُّنَّةِ كَمَا يَنْزِلُ عَلَيْهِ بِاْلقُرْآنِ وَيُعَلِّمُهُ إِيَّاهَا كَمَا يُعَلِّمُهُ اْلقُرْآنَ
“Jibril turun kepada Rosululloh ` membawa sunnah sebagaimana dia turun membawa Al Quran. Dia pun mengajarkan kepada beliau sunnah sebagaimana dia mengajarkan Beliau  Al Qur`an”.[4]
Pengikutan pada keduanya adalah pengikutan pada khabar dari Alloh l dan tuntunan-Nya. Tidak ada suatu pun yang boleh menyaingi dan menandingi keduanya, tiada pertentangan di antara keduanya. Kalau terbayang adanya pertentangan dalam kaca mata kita, maka hal itu disebabkan oleh kesalah-pahaman (yang bisa disebabkan oleh banyak hal, terutama adalah kejahilan) atau hadits yang tidak shohih.
2.    Ijma` sohabat g adalah hujjah syar’iyyah.[5]
Ini berarti bahwa ketika sohabat g telah berijma’ pada suatu masalah dalam agama, maka ijma’ itu harus diikuti. Siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sesat. Ijma` Sohabat g adalah ma’sum, walaupun perorangan mereka tidaklah ma’sum. Ketika keyakinan mereka pada suatu masalah terbagi atas lebih dari satu, maka kita harus mengikuti salah satunya dan tidak boleh menentukan keyakinan lainnya.
Alloh l berfirman:
"Dan barangsiapa yang menentang rosul sesudah jelas kebenaran baginya serta mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali". {QS. An Nisa’ [4]: 115}
Orang-orang mu’min di ayat ini adalah Sohabat g
Rosululloh l bersabda:
أُوْصِيْكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ … مَنْ أَرَاد بحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ.
“Aku wasiatkan kalian (mengikuti) para sohabatku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian generasi setelah itu... Barangsiapa yang menghendaki keluasan jannah, maka berpegang teguhlah dengan jama`ah”.[6]
Para Sohabat g dan dua generasi itulah yang dimaksud dengan Jama’ah
Rosululloh ` bersabda:
لاَ يُجْمِعُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ عَلَى الضَّلاَلَةِ أَبَدًا.
“Alloh tidak akan pernah menghimpun umat ini di atas kesesatan”.[7]

3.    Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits harus sesuai dengan pemahaman sohabat g dan methode pemahaman mereka.[8]
Prinsip ini terlalu kuat dan terlalu penting dalam Dinul Islam. Kepentingan dan keutamaannya didukung oleh dalil-dalil yang kuat dan jelas sekali.
Di antara dalil-dalil yang mendukung prinsip ini adalah sebagai berikut:
a.    Sohabat g telah dipuji Alloh l di banyak ayat suci Al-Qur’an. Pujian yang diabadikan sepanjang masa dan tidak diberikan untuk orang-orang sesudah mereka.
Alloh l berfirman:
"(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Alloh dan keridhoan (Nya) serta  menolong Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar".  "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dijauhkan dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung". {QS. Al Hasyr [59]: 8-9}
Alloh l berfirman:
"(Yaitu) orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Sesungguhnya mereka telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". {QS. Ali Imran [3]: 173}
Alloh l berfirman:
"Muhammad Rosululloh dan orang-orang yang bersama dia adalah tegar terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud, demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Dan sifat-sifat mereka dalam Injil seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, dengan mereka Alloh menjengkelkan hati orang-orang kafir. Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar". {QS. Al Fath [48]: 29}
Semua pujian ini menunjukan dengan nyata akan kebenaran manhaj sohabat g. Alloh l tidak mungkin memuji orang-orang dengan manhaj yang tidak diridhoi-Nya.


[1] Lihat kitab "Manhaj Al Istidlal `ala Masail Al I`tiqod `Inda Ahli As Sunnah wa Al Jama`ah", karya `Utsman bin `Ali Hasan : 1/ 40-44
[2] (HR. Abu Daud, no. 3607; Tirmidzi, no.2678; dan dia berkata, “Ini hadits hasan shohih”, Ibnu Majah, no.43; serta dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani, dalam Shohih Sunan Ibnu Majah, no.40-41)
[3] (HR. Abu Daud, no.4604; Imam Ahmad, 4/130; Ibnu Hibban, no.11; dan Tirmidzi, no.2666; dia berkata, “Ini hadits hasan ghorib dari jalan tersebut”, serta dishohihkan oleh Syeikh Al Albani, dalam Shohih Ibnu Majah, no.12)
[4] (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dalam Al Marosil, no.536; Syaikh Su`aib Al Arnauth berkata, “Rijalnya tsiqot, rijal Syaikhoin.”)
[5] Baca Kitab “Ma Ana `Alaihi wa Ashhabi”, Ahmad Salam
[6] (HR. Tirmidzi, no.2172; Imam Ahmad dalam musnadnya, 1/114; Ibnu Majah, no.2363; Ibnu Hibban, no.7254; dan dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no.431)
[7] (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, 1/115–117)
[8] Baca kitab “Hujjiyyah Qoul Sohabiy `inda As Salaf”, Dr. Tarhib bin Rubai`an bin Hadi Ad Dausiri. Kitab “Al Muwafaqot”, Asy Syatibi. Kitab “A`lam Al Muwaqqi`in”, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.

Rabu, 30 Mei 2012

Sihir Itu Kesyirikan


DEFINISI SIHIR

A. Sihir Menurut Bahasa (Etimologi)
Dalam al-Mu’jam al-Wasith disebutkan bahwa sihir adalah:
(( كُلُّ أَمْرٍ يَخْفَى سَبَبُهُ وَيُتَخَيَّلُ عَلَى غَيْرِ حَقِيْقَتِهِ وَيَجْرِى مَجْرَى التَّمْوِيْهِ وَالْخِدَاعِ ))
“Sesuatu yang dilakukan secara tersembunyi dan khayalan atau ilusi sehingga bukan hakekat sebenarnya yang nampak, serta sifatnya pun terselubung dan menipu.”
Oleh karena itu, akhir waktu malam dalam term Arab diistilahkan dengan waktu sahar, dan makan pada saat itu pun dinamakan dengan sahur, adalah karena berbagai aktifitas yang dikerjakan pada waktu tersebut tidak dapat diketahui orang lain, alias tersembunyi.
B. Sihir Menurut Istilah Syari’at (Terminologi)
Ibnu Qudamah al-Maqdisi v mengatakan, “Sihir adalah ikatan tali-temali, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini memiliki hakikat, di antaranya ada yang dapat menyihir seseorang hingga tak dapat mencampuri isterinya atau memisahkan pasangan suami isteri, atau membuat salah satu pihak membenci yang lainnya, atau membuat kedua belah pihak saling mencintai.”
Dapat disimpulkan bahwa sihir sebenarnya adalah kesepakatan antara tukang sihir dan setan, dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai keharaman atau kesyirikan sebagai imbalan untuk diberikannya pertolongan setan kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.




TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SIHIR
                                              
Alloh  berfirman:
  
“Dan (ingatlah) hari di waktu Alloh l menghimpunkan mereka semuanya (dan Alloh l berfirman):Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Alloh l berfirman: Neraka itulah tempat berdiam kalian, sedang kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Alloh l menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An'am [6]: 128)
Pada hari ketika dikumpulkan orang-orang yang berpaling dari Alloh l kepada patung dan berhala serta yang lainnya dari kalangan orang-orang musyrik bersama pembantu-pembantu mereka dari kalangan setan yang telah membisikkan perkataan-perkataan dusta untuk mendebat orang-orang yang beriman; Alloh l berfirman, menyeru kalangan jin: “Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia.” Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas a dan yang lainnya ketika berbicara tentang ayat ini.  
Hal ini senada dengan apa yang telah Alloh l firmankan dalam al-Qur'an:


Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian Hai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar kalian, maka apakah kalian tidak memikirkan?. (QS. Yasin [36]: 60-62)
Berkatalah teman-teman mereka dari kalangan manusia: Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain).
Kesenangan yang dimaksudkan dalam ayat ini, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir v dari al-Hasan  ia berkata: Pada hari kiamat Alloh  memperbanyak penghuni neraka, lalu teman-teman mereka dari kalangan manusia berkata: Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain). Al-Hasan v berkata: “Tidaklah kesenangan yang mereka dapatkan satu dengan yang lainnya melainkan bahwa jin ini memerintahkan sesuatu, lalu manusia mengerjakan hal itu (sebagai konsekuensinya).”
Ayat ini menjelaskan akan adanya hubungan yang dilakukan oleh manusia dan jin atau setan; namun bukan berarti perbuatan ini adalah perbuatan yang diperbolehkan dalam Islam, karena setelah Alloh  menjelaskan adanya hubungan ini, Alloh  menyatakan bahwa tempat mereka adalah neraka yang akan mereka diami selama-lamanya. (Ahmad Muhammad Syakir, Mukhtashor Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Dar al-Wafa, cet. III, 2005, (I/242)).
Dan ayat-ayat lain  yang semisalnya banyak sekali.