Assalamu ‘alaikum
warohmatullohi wabarokatuh//
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ وَالصَّلاَة ُوَالسَّلاَمُ
عَلَى رَسَوُلِ اللهِ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّا بَعْدُ
Pembaca yang
budiman//
Selalu berdusta adalah termasuk
kriteria salah satu sifat orang-orang munafik. Dan kriteria ini termasuk
kemunafikan kecil yang merupakan jalan menuju kemunafikan yang besar. Oleh
karena itu, seorang muslim harus berhati-hati, menghindarinya, serta tidak
meremehkan sedikitpun darinya, dengan alasan karena ia hanya kemunafikan kecil.
Karena yang demikian itu termasuk sesuatu yang menghinakan.
Dalam
hadis riwayat Imam Al Bukhori Dari Abu Hurairoh , diriwayatkan bahwasannya Rosululloh
bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga
apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai
mengkhianati”
Dalam
riwayat Muslim disebutkan,
وِ إِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ زَعَمَ أَنُّه مُسْلِمٍ
“Dan apabila ia mengerjakan puasa dan sholat, ia menyangka bahwa dirinya
seorang muslim”
Pembaca yang budiman// Nifak atau pelakunya disebut
munafik merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya. Jika tidak
ditangani sesegera mungkin akan mengakibatkan penderitanya binasa. Penyakit ini
adalah penyakit yang amat menjijikkan dan mengakibatkan penyimpangan
yang amat buruk. Seorang mulim sejati tentu sangat mewaspadai penyakit akut
ini, hanya saja terkadang ia tidak menyadari bahwa ternyata ia telah terjangkit
penyakit ini, terutama nifak yang bersifat lahiriah.
Apa itu nifak? Sebagaimana yang
dikatakan Ibnu Katsir, nifak adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan
keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan, “Orang munafik ialah orang yang
omongannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya,
tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi
ketidakadaannya”
Dalam sejarah Islam, sifat munafik
baru muncul setelah hijrah Nabi dari
Makkah ke Madinah, tepatnya setelah peristiwa perang Badar. Saat itu di Makkah
belum dijumpai orang-orang munafik. Yang ada justru sebaliknya, yaitu ada
sejumlah orang yang menampakkan kekufuran karena acaman-ancaman yang menghujam
namun sejatinya pada sanubarinya mukmin.
Seperti yang telah diketahui
bersama, bahwa ketika di Makkah orang-orang mukmin masih terbilang sedikit,
sementara orang-orang kafir mendominasi, sehingga seakan kaum mukmin nampak
lemah. Situasi ini berubah drastis ketika Alloh mengizinkan kaum mukmin
berhijrah dari kampung halaman mereka di Makkah menuju Madinah yang saat itu
sudah banyak pula orang yang memeluk agama Islam berkat delegasi-delegasi yang
Nabi utus ke Madinah sebelumnya, seperti Mush’ab bin ‘Umair, untuk mendakwahkan
Islam. Di kota inilah orang-orang beriman mulai nampak jaya dan berwibawa di
mata seluruh dunia serta dipertimbangkan keberadaanya. Di masa ini pun belum
ada orang-orang munafik.
Kejayaan ini semakin nampak
jelas setelah peristiwa perang Badar antara orang-orang beriman melawan
orang-orang kafir yang dimenangkan orang-orang beriman. Dengan demikian, Alloh
benar-benar meninggikan syiar Islam dan pemeluknya. Mulai saat itulah
orang-orang kafir berpura-pura memeluk Islam, padahal hati mereka
menyembunyikan kekufuran. Inilah yang disebut orang-orang munafik.
Kemunafikan ini semakin
menjadi-jadi setelah masa berlalu. Bahkan Imam Malik pernah berkata, “Nifaq di
masa Rosululloh itu zindiq di masa kita
sekarang”
Pembaca yang budiman// Agar
seorang mukmin dapat terjaga dari sifat nifak ini, dalam Kitab Mufsidat
Al-Qalb An-Nifaq dikatakan
ada beberapa tips yang sebaiknya dilakukan:
Pertama; Bersegera melaksanakan sholat jika waktunya
telah tiba dan berusaha mendapatkan takbiratul ihrom imam sholat jamaah di masjid. Hal ini
mengingat hadits Anas bin Malik , bahwa Rosululloh bersabda, “Siapa yang menunaikan sholat berjama’ah
selama 40 dengan memperoleh takbiratul ihrom imam, maka ia akan ditetapkan
terbebas dari dua hal, yakni terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan” (Hadis Riwayat At-Tirmidzi).
Yang kedua; Berakhlak baik dan memperdalam agama. Rosululloh
bersabda, “Ada
dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang munafik: perilaku
luhur dan pemahaman dalam agama” (Hadis
Riwayat At-Tirmidzi).
Kemudian yang ketiga; Bersedekah. Rosululloh
bersabda, “Sedekah merupakan bukti” (Hadis Riwayat Muslim). Bukti di sini
maksudnya bukti akan keimanan. Oleh karena itu, orang munafik tidak suka
bersedekah karena tidak adanya iman yang mendasarinya.
Selanjutnya yang keempat; Menghidupkan sholat
malam. Imam Qotadah pernah berkata, “Orang munafik itu sedikit
sekali sholat malam.” Hal tersebut karena orang munafik hanya akan semangat
beramal jika ada orang yang menyaksikannya. Jika tidak ada, maka motifasi untuk
beramal sholih pun tiada. Maka jika ada seorang hamba mendirikan sholat malam,
maka itu menjadi bukti bahwa dalam dirinya tidak ada sifat nifak dan menjadi
bukti keimanannya yang benar.
Dan yang kelima; Jihad di jalan Alloh,
Imam Muslim menceritakan dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rosululloh bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan
tidak pernah berperang dan tidak pernah terbetik dalam dirinya, maka ia mati di
atas cabang kemunafikan.” An-Nawawi
menjelaskan, “Maksudnya, siapa yang melakukan hal ini, maka ia dianggap telah
menyerupai orang-orang munafik yang tidak melaksanakan jihad.”
Yang keenam; Memperbanyak zikir dan berdoa, Ka’b
menyatakan, “Orang yang memperbanyak zikir, akan terlepas dari sifat nifak.”
Demikianlah Pembaca yang budiman// Mudah-mudahan
Alloh menjauhkan
kita semua dari sifat dusta yang merupakan sifat kemunafikan dan segala sifat
buruk yang melemahkan iman dan agar kita diwafatkan di atas cahaya keimanan.
0 komentar:
Posting Komentar