Abu Hurairoh meriwayatkan, Bahwa Rosululloh bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Yang Artinya: “Sesungguhnya
Alloh tidak memandang tubuh dan rupa kalian. Akan tetapi, Dia hanya memandang
hati dan amal perbuatan kalian (Hadis Riwayat Muslim)
Hadis ini sangat erat kaitannya dengan masalah
ikhlas, karena berhubungan dengan masalah hati dan amal. Yaitu hati yang ikhlas
dan amal yang sesuai dengan contoh Nabi .
Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah hadis yang ringkas
tentang amal hati. Dan amal hati merupakan dasar keimanan, sebagai tonggak
agama, seperti mencintai Alloh dan RosulNya, tawakkal kepada Alloh,
mengikhlaskan ibadah karenaNya, bersyukur kepadaNya, sabar terhadap putusanNya,
takut dan berharap kepadaNya.
Dalam hadis ini Rosululloh ingin
memberikan standar penilaian kemuliaan seorang hamba di sisi Alloh, sekaligus
meluruskan pandangan sebagian manusia yang salah dalam menilai kemuliaan
seseorang. Kemuliaan seseorang dalam pandangan Alloh bukan hanya dilihat
dari sisi lahirnya saja seperti rupa yang cantik atau tampan, harta yang melimpah,
keturunan yang baik dan seterusnya, akan tetapi Alloh hanya melihat amal
hati seperti keikhlasan, rasa takut kepada Alloh, ketundukan dan juga amal
anggota badan seperti sholat, puasa, dan lain-lain.
Berapa banyak dari manusia yang memiliki
banyak harta, mempunyai kecantikan dan ketampanan rupa dan menduduki jabatan
yang tinggi, akan tetapi hatinya kosong dari ketakwaan dan keikhlasan serta
tidak memiliki amal sholeh. Dan sebaliknya, berapa banyak dari manusia yang
miskin papa, hidup seadanya, rupa tidak bisa diandalkan, tapi ia di sisi Alloh
mempunyai nilai dan posisi yang tinggi lagi mulia.
Sebagaimana Alloh firmankan dalam surat
al Hujurot ayat 13;
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kalian di sisi Alloh adalah yang paling bertaqwa.”
Oleh karena itu, kekayaan, rupa yang menarik
dan kedudukan yang tinggi tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi seseorang di
akhirat nanti, jika ia tidak melaksanakan ketaatan kepada Alloh dan meninggalkan kemaksiatan
kepada-Nya. Dan diantara amalan hati yang paling agung adalah keikhlasan kepada
Alloh dalam beramal.
Pertama Rupa dan harta
bukan standar kemuliaan seorang hamba di sisi Alloh .
Yang kedua Ibnul Qayyim berkata,”Amal hati adalah pokok, sedangkan
amal badan sebagai penyerta dan penyempurna. Sesungguhnya niat itu seperti ruh,
sedangkan amal seperti badan. Jika ruh meninggalkan badan, ia akan mati. Maka
mempelajari hukum-hukum hati lebih penting dari pada mempelajari hukum
perbuatan atau badan.”
Ketiga Banyak dari
manusia yang kaya dan cantik rupa, tapi ia di sisi Alloh orang yang hina dan
banyak dari manusia yang miskin papa, tapi ia di sisi Alloh orang mulia.
Keempat Alloh
memberikan pahala terhadap amal perbuatan
manusia itu tergantung kepada keikhlasan dan ketulusan niat yang ada dalam
hatinya.
Ibnu Taimiyyah berkata: “Suatu bentuk amal yang dilakukan
manusia dengan dasar keikhlasan dan ibadah yang sempurna kepada Alloh, maka
Alloh akan mengampuni dosa dosa besarnya disebabkan keikhlasan.
Kelima seorang
muslim senantiasa harus memperhatikan kondisinya agar tetap khusyu kepada Alloh
,
memperbaiki niatnya dan membersihkannya dari sifat yang buruk yang dibenci
Alloh
Keenam
memperbaiki hati harus lebih diutamakan dibandingkan memperbaiki anggota tubuh,
karena amalan hati akan meluruskan amalan amalan syar’iyyah.
Karena Amal hati
sangat penting dan sangat tinggi nilainya di sisi Alloh. Dan yang terpenting
dari amalan hati adalah keikhlasan karena Alloh. Sahabat Nu’man Nu’man bin
Basyir meriwayatkan Rosululloh bersabda
Ingatlah
sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka
baik pula seluruh tubuhnya. Apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya.
Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.
Ikhlas merupakan
salah satu amal hati. Sebab diterimanya seluruh amal tergantung dari niat yang
ikhlas karena Alloh. Dan diterimanya amal harus terpenuhi dua syarat. Yaitu
ikhlas dan sesuai dengan contoh Nabi .
Ketujuh
terkadang manusia melakukan sebuah amalan ibadah tetapi ingin dilihat orang
lain, didengar atau dikatakan orang yang sholeh. Maka semua itu dihukumi dengan
sesuatu yang tampak secara dzohirnya, bahwa orang tersebut melakukan amal,
tetapi niatnya hanya Alloh yang mengetahui.
0 komentar:
Posting Komentar