Minggu, 14 September 2014

Taubat




Taubat Dari Segala Dosa

Anas bin Malik Al Anshori   meriwayatkan hadis, Rosululloh  bersabda;
اَللهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلىَ بَعِيْرِهِ وَقَدْ أَضَلَّ فِي أَرْضٍ فَلاَةٍ
“Sungguh Alloh itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seorang dari kalian semua yang kehilangan untanya dan ia tersesat si suatu tanah yang luas. (Hadis riwayat al Bukhori dan Muslim)
Dan dalam riwayat Muslim disebutkan;
اَللهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهَ بِأَرْضِ فَلَاةٍ , فانْفَلَتَتْ مِنْهُ
,  وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا – وَقَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ  
 هُو كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةٌ عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرَحَ اَللّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِيْ وَانَا رَبُّكَ  أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرَحِ
Sungguh Alloh lebih bergembira dengan taubat hambaNya ketika bertaubat kepadaNya, daripada gembiranya salah seorang dari kalian yang bersama tunggangannya di padang pasir tiba-tiba tunggangannya tersebut hilang, padahal makanan dan minuman (perbekalan safarnya) berada di tunggangannya tersebut. Ia pun telah putus asa untuk mendapatkan lagi tunggangannya tersebut, lalu iapun mendatangi sebuah pohon berbaring dibawahnya (menunggu ajal menjemputnya). Tatkala ia putus asa tiba-tiba tunggangannya muncul kembali dan masih ada perbekalannya, maka iapun segera memegang tali kekang tunggangannya, lalu ia berkata karena sangat gembiranya, "Ya Alloh sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah Robbimu" Ia salah berucap karena sangat gembiranya" (Hadis Riwayat Muslim)

Para Ulama’ mengatakan, Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat itu terjadi antara hamba dengan Alloh l, maka taubatnya harus memenuhi 3 syarat:

Pertama Menghentikan perbuatan maksiat tersebut.

Kedua Menyesali perbuatannya. 

Ketiga Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya.

Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah.
Jika salah satu dari tiga syarat taubat tersebut tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah. Adapun jika perbuatan dosa itu berkaitan dengan hak manusia maka taubat itu diterima dengan memenuhi empat syarat. yaitu ia harus menyelesaikan hak orang yang bersangkutan.

Jika berupa harta atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had qadzaf (Menuduh zina) atau semisalnya maka kewajibannya adalah menyerahkan diri kepada orang yang memiliki hak atau meminta maaf. Jika berupa ghibah (menggunjing) maka ia harus memohon maaf.
Seorang wajib meminta ampun kepada Alloh  dari segala dosa. Jika ia bertaubat dari sebagian dosa, maka taubat itu diterima di sisi Alloh , dan dosa-dosanya yang lain masih tetap ada. Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ yang menunjukkan wajibnya melakukan taubat. Alloh menyeru kita untuk bertaubat dan ber-istighfar, Ia menjanjikan untuk mengampuni dan menerima taubat kita, merahmati kita manakala kita bertaubat kepada-Nya serta mengampuni dosa-dosa kita, dan sungguh Alloh  tidak mengingkari janji-Nya.

Beberapa faedah dari hadis ini yang dapat kita petik
Pertama Kegembiraan seseorang kepada untanya yang kembali sebagai tumpuan hidupnya. Tapi, sungguh Alloh   lebih gembira ketika ada seorang hamba yang berdosa kembali bertaubat kepada-Nya. Alloh  begitu menyayangi hamba yang bertaubat.

Permisalan seseorang yang berada di tanah yang tandus disekitarnya tidak ada orang, tidak ada air, tidak ada makanan dan tidak ada manusia. Untanya hilang dia mencarinya tetapi tidak menemukannya. Lalu dia pergi ke sebuah pohon dan tidur di bawahnya untuk menunggu kematian! Dia telah putus asa mencari untanya dan putus asa dengan kehidupannya, karena makanan dan minumannya ikut terbawa untanya yang hilang. Ketika dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba untanya datang, berada di sisi nya dan talinya terikat di pohon yang dia tidur di bawahnya. Tidak bisa anda bayangkan, seperti apa kebahagiaannya?

Kebahagiaannya ini tidak mungkin dialami oleh seorang pun, kecuali orang yang mengalami keadaan seperti yang dia alami. Karnanya, itu adalah kebahagaian besar.

Maka dari itu ia langsung mengambil tali unta itu seraya berkata, “Ya Alloh, Engkau hambaku dan aku RobbiMu” Sebenarnya dia ingin memuji Alloh  dan mengatakan, “Ya Alloh Engaku adalah Robbiku dan aku adalah hamba-Mu” tetapi karena sangat bahagianya dia salah berkata.

Kedua Hadis ini memotivasi kita untuk banyak bertaubat pada Alloh . Syaqiq bin Ibrohim rohimahulloh berkata:  "Tanda taubat ialah menangis (menyesal) atas perbuatan (dosa) yang telah dilakukan dan takut akan terjatuh kembali ke dalam dosa (tersebut), tidak bergaul dengan orang-orang yang jahat dan senantiasa bersama orang-orang yang baik." 

Ketiga Sesuatu yang keliru dan dilakukan tidak disengaja tidaklah terkena hukuman. Seperti jika seseorang keliru mengatakan, ‘Ya Alloh, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Robbi-mu.’ Ini adalah kalimat kufur namun diucapkan dalam keadaan keliru, tidak disengaja.
Orang yang diceritakan dalam hadis ini telah mengatakan suatu kalimat yang kufur. Tetapi karena perkataan itu muncul dari kesalahan akibat terlalu gembira, maka tidak dihukum karenanya. Begitu juga dengan kata-kata lainnya, seperti jika seseorang mencerai istri karena salah ucap dan tanpa sengaja semua ini tidak mengandung konsekuensi hukum, karena dia tidak sengaja. 

Keempat Hendaklah kita mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu menjelaskan sesuatu dengan contoh untuk semakin memperjelas sesuatu.

Kelima Pasrah pada ketentuan Alloh  mendatangkan kebaikan dan keberkahan. Karena laki-laki yang dikisahkan dalam hadis ini telah berputus asa dari hilangnya hewan tunggangannya, lantas Alloh pun mengembalikan hewan tunggangannya.

Keenam Bolehnya bersumpah untuk menguatkan perkataan pada suatu hal yang ada kebaikan didalamnya.

Ketujuh Hadis ini juga menetapkan sifat gembira bagi Alloh Azza wa Jalla. Alloh  gembira dan marah, benci dan senang, tetapi sifat-sifat ini bukan seperti sifat kita, sebagaimana Alloh  firmankan dalam surat As syuro ayat 11
  
“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Alloh dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” 

Tetapi kegembiraan yang sesuai dengan keagungan dan ketinggian-Nya. Dan kegembiraan Alloh tidak sama dengan kegembiraan mahlukNya.

Kedelapan  Hadis ini menunjukkan dorongan untuk mengintrospeksi diri.
Semoga Alloh menjadikan kita hamba yang gemar untuk bertaubat.



Diambil dari; Syarah Riyadussholihin Imam An Nawawi; Pensyarah Dr. Musthafa Dib alBugha
 

0 komentar:

Posting Komentar