Rabu, 30 Mei 2012

Sihir Itu Kesyirikan


DEFINISI SIHIR

A. Sihir Menurut Bahasa (Etimologi)
Dalam al-Mu’jam al-Wasith disebutkan bahwa sihir adalah:
(( كُلُّ أَمْرٍ يَخْفَى سَبَبُهُ وَيُتَخَيَّلُ عَلَى غَيْرِ حَقِيْقَتِهِ وَيَجْرِى مَجْرَى التَّمْوِيْهِ وَالْخِدَاعِ ))
“Sesuatu yang dilakukan secara tersembunyi dan khayalan atau ilusi sehingga bukan hakekat sebenarnya yang nampak, serta sifatnya pun terselubung dan menipu.”
Oleh karena itu, akhir waktu malam dalam term Arab diistilahkan dengan waktu sahar, dan makan pada saat itu pun dinamakan dengan sahur, adalah karena berbagai aktifitas yang dikerjakan pada waktu tersebut tidak dapat diketahui orang lain, alias tersembunyi.
B. Sihir Menurut Istilah Syari’at (Terminologi)
Ibnu Qudamah al-Maqdisi v mengatakan, “Sihir adalah ikatan tali-temali, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini memiliki hakikat, di antaranya ada yang dapat menyihir seseorang hingga tak dapat mencampuri isterinya atau memisahkan pasangan suami isteri, atau membuat salah satu pihak membenci yang lainnya, atau membuat kedua belah pihak saling mencintai.”
Dapat disimpulkan bahwa sihir sebenarnya adalah kesepakatan antara tukang sihir dan setan, dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai keharaman atau kesyirikan sebagai imbalan untuk diberikannya pertolongan setan kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.




TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SIHIR
                                              
Alloh  berfirman:
  
“Dan (ingatlah) hari di waktu Alloh l menghimpunkan mereka semuanya (dan Alloh l berfirman):Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Alloh l berfirman: Neraka itulah tempat berdiam kalian, sedang kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Alloh l menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An'am [6]: 128)
Pada hari ketika dikumpulkan orang-orang yang berpaling dari Alloh l kepada patung dan berhala serta yang lainnya dari kalangan orang-orang musyrik bersama pembantu-pembantu mereka dari kalangan setan yang telah membisikkan perkataan-perkataan dusta untuk mendebat orang-orang yang beriman; Alloh l berfirman, menyeru kalangan jin: “Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia.” Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas a dan yang lainnya ketika berbicara tentang ayat ini.  
Hal ini senada dengan apa yang telah Alloh l firmankan dalam al-Qur'an:


Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian Hai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar kalian, maka apakah kalian tidak memikirkan?. (QS. Yasin [36]: 60-62)
Berkatalah teman-teman mereka dari kalangan manusia: Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain).
Kesenangan yang dimaksudkan dalam ayat ini, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir v dari al-Hasan  ia berkata: Pada hari kiamat Alloh  memperbanyak penghuni neraka, lalu teman-teman mereka dari kalangan manusia berkata: Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain). Al-Hasan v berkata: “Tidaklah kesenangan yang mereka dapatkan satu dengan yang lainnya melainkan bahwa jin ini memerintahkan sesuatu, lalu manusia mengerjakan hal itu (sebagai konsekuensinya).”
Ayat ini menjelaskan akan adanya hubungan yang dilakukan oleh manusia dan jin atau setan; namun bukan berarti perbuatan ini adalah perbuatan yang diperbolehkan dalam Islam, karena setelah Alloh  menjelaskan adanya hubungan ini, Alloh  menyatakan bahwa tempat mereka adalah neraka yang akan mereka diami selama-lamanya. (Ahmad Muhammad Syakir, Mukhtashor Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Dar al-Wafa, cet. III, 2005, (I/242)).
Dan ayat-ayat lain  yang semisalnya banyak sekali.





0 komentar:

Posting Komentar