DEFINISI SIHIR
A. Sihir
Menurut Bahasa (Etimologi)
Dalam al-Mu’jam
al-Wasith disebutkan bahwa sihir adalah:
(( كُلُّ أَمْرٍ يَخْفَى سَبَبُهُ وَيُتَخَيَّلُ عَلَى غَيْرِ
حَقِيْقَتِهِ وَيَجْرِى مَجْرَى التَّمْوِيْهِ وَالْخِدَاعِ ))
“Sesuatu
yang dilakukan secara tersembunyi dan khayalan atau ilusi sehingga bukan
hakekat sebenarnya yang nampak, serta sifatnya pun terselubung dan menipu.”
Oleh
karena itu, akhir waktu malam dalam term Arab diistilahkan dengan waktu sahar,
dan makan pada saat itu pun dinamakan dengan sahur, adalah karena berbagai aktifitas yang dikerjakan
pada waktu tersebut tidak dapat diketahui orang lain, alias tersembunyi.
B. Sihir
Menurut Istilah Syari’at (Terminologi)
Ibnu
Qudamah al-Maqdisi mengatakan, “Sihir adalah ikatan tali-temali,
jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau
melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang
terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini memiliki
hakikat, di antaranya ada yang dapat menyihir
seseorang hingga tak dapat mencampuri isterinya atau memisahkan pasangan
suami isteri, atau membuat salah satu pihak membenci yang lainnya, atau membuat
kedua belah pihak saling mencintai.”
Dapat
disimpulkan bahwa sihir sebenarnya adalah kesepakatan antara tukang sihir dan
setan, dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai keharaman
atau kesyirikan sebagai imbalan untuk diberikannya pertolongan setan kepadanya
dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SIHIR
Alloh berfirman:
“Dan (ingatlah) hari
di waktu Alloh menghimpunkan mereka semuanya (dan Alloh
berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia”,
lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Robb kami, sesungguhnya sebagian daripada kami telah
dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Alloh berfirman:
“Neraka itulah tempat berdiam kalian, sedang kalian kekal di dalamnya, kecuali
kalau Alloh menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
(QS. al-An'am [6]: 128)
Pada hari ketika
dikumpulkan orang-orang yang berpaling dari Alloh kepada patung dan berhala serta yang lainnya
dari kalangan orang-orang musyrik bersama pembantu-pembantu mereka dari
kalangan setan yang telah membisikkan
perkataan-perkataan dusta untuk mendebat orang-orang yang beriman; Alloh berfirman, menyeru kalangan jin: “Hai golongan
jin, sesungguhnya kalian telah banyak menyesatkan manusia.”
Sebagaimana
yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan yang lainnya ketika berbicara tentang ayat
ini.
Hal ini senada dengan apa yang telah Alloh firmankan dalam al-Qur'an:
“Bukankah Aku telah
memerintahkan kepada kalian Hai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah setan?
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagi kalian”, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar kalian, maka apakah kalian
tidak memikirkan?.” (QS. Yasin [36]:
60-62)
Berkatalah
teman-teman mereka dari kalangan manusia: “Ya
Robb kami, sesungguhnya
sebagian daripada kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain).”
Kesenangan yang
dimaksudkan dalam ayat ini, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dari al-Hasan ia berkata: “Pada hari kiamat Alloh memperbanyak penghuni neraka, lalu teman-teman
mereka
dari kalangan manusia berkata: “Ya Robb kami,
sesungguhnya sebagian daripada kami telah mendapat
kesenangan dari sebagian (yang lain).” Al-Hasan berkata: “Tidaklah kesenangan yang mereka
dapatkan
satu dengan yang lainnya melainkan bahwa jin ini memerintahkan sesuatu, lalu
manusia mengerjakan hal itu (sebagai konsekuensinya).”
Ayat ini menjelaskan akan adanya hubungan yang dilakukan oleh manusia dan jin atau setan; namun bukan berarti perbuatan
ini adalah perbuatan yang diperbolehkan dalam Islam, karena setelah Alloh
menjelaskan adanya
hubungan ini, Alloh menyatakan bahwa tempat mereka adalah neraka yang akan mereka
diami selama-lamanya. (Ahmad Muhammad Syakir, Mukhtashor Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Dar
al-Wafa, cet. III, 2005, (I/242)).
Dan
ayat-ayat lain yang semisalnya banyak
sekali.
0 komentar:
Posting Komentar