Kamis, 31 Mei 2012

PRINSIP-PRINSIP UTAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH


Berikut adalah sebagian besar dari prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah wal Jama`ah yang pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Dinul Islam yang murni seperti yang disampaikan Rosululloh ` tanpa tercampur unsur-unsur dari luar wahyu Ilahi. Setelah mempelajari dasar-dasar ini akan bertambah keyakinan seseorang tentang kebenaran Islam, keyakinan bahwasanya Islam yang murni dan asli adalah manhaj Ahlussunnah wal Jama`ah. 
 

    1.Sumber agama Islam dengan segala seginya adalah wahyu Alloh dalam bentuk Al-Qur’an dan Hadits yang shohih.
 [1]Dalil prinsip ini adalah Firman Alloh l
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang amat lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” {QS. Al Isro` [17]: 9}
Alloh l berfirman:
"Apa yang diberikan Rosul kepada kalian maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh sangat keras hukumanNya.” {QS.Al Hasyr [59]: 7}

Rosululloh `  bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.
“Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku  dan sunnah para khalifah Rasyidin (yang terarahkan) dan mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah hal tersebut dengan gigi geraham”.[2]
Alloh l berfirman :
"Dan Alloh telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Sesungguhnya karunia Alloh sangat besar atasmu". {QS. An Nisa’ [4]: 113}
Arti Hikmah disini adalah As-Sunnah
Alloh l berfirman :
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” {QS. An Najm [53]: 4}
Ini berarti bahwa hadist-hadist Rosululloh ` pun adalah wahyu dari Alloh.
Rosululloh `  bersabda :
اَلاَ اِنِّى اُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ.
“Ketahuilah sesungguhnya aku diberikan Al-Qur`an dan yang sejenisnya (Sunnah) bersama-sama dengannya”.[3]

Hasan bin `Athiyah v  berkata:
كاَنَ جِبْرِيْلُ يَنْزِلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ بِالسُّنَّةِ كَمَا يَنْزِلُ عَلَيْهِ بِاْلقُرْآنِ وَيُعَلِّمُهُ إِيَّاهَا كَمَا يُعَلِّمُهُ اْلقُرْآنَ
“Jibril turun kepada Rosululloh ` membawa sunnah sebagaimana dia turun membawa Al Quran. Dia pun mengajarkan kepada beliau sunnah sebagaimana dia mengajarkan Beliau  Al Qur`an”.[4]
Pengikutan pada keduanya adalah pengikutan pada khabar dari Alloh l dan tuntunan-Nya. Tidak ada suatu pun yang boleh menyaingi dan menandingi keduanya, tiada pertentangan di antara keduanya. Kalau terbayang adanya pertentangan dalam kaca mata kita, maka hal itu disebabkan oleh kesalah-pahaman (yang bisa disebabkan oleh banyak hal, terutama adalah kejahilan) atau hadits yang tidak shohih.
2.    Ijma` sohabat g adalah hujjah syar’iyyah.[5]
Ini berarti bahwa ketika sohabat g telah berijma’ pada suatu masalah dalam agama, maka ijma’ itu harus diikuti. Siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sesat. Ijma` Sohabat g adalah ma’sum, walaupun perorangan mereka tidaklah ma’sum. Ketika keyakinan mereka pada suatu masalah terbagi atas lebih dari satu, maka kita harus mengikuti salah satunya dan tidak boleh menentukan keyakinan lainnya.
Alloh l berfirman:
"Dan barangsiapa yang menentang rosul sesudah jelas kebenaran baginya serta mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali". {QS. An Nisa’ [4]: 115}
Orang-orang mu’min di ayat ini adalah Sohabat g
Rosululloh l bersabda:
أُوْصِيْكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ … مَنْ أَرَاد بحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ.
“Aku wasiatkan kalian (mengikuti) para sohabatku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian generasi setelah itu... Barangsiapa yang menghendaki keluasan jannah, maka berpegang teguhlah dengan jama`ah”.[6]
Para Sohabat g dan dua generasi itulah yang dimaksud dengan Jama’ah
Rosululloh ` bersabda:
لاَ يُجْمِعُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ عَلَى الضَّلاَلَةِ أَبَدًا.
“Alloh tidak akan pernah menghimpun umat ini di atas kesesatan”.[7]

3.    Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits harus sesuai dengan pemahaman sohabat g dan methode pemahaman mereka.[8]
Prinsip ini terlalu kuat dan terlalu penting dalam Dinul Islam. Kepentingan dan keutamaannya didukung oleh dalil-dalil yang kuat dan jelas sekali.
Di antara dalil-dalil yang mendukung prinsip ini adalah sebagai berikut:
a.    Sohabat g telah dipuji Alloh l di banyak ayat suci Al-Qur’an. Pujian yang diabadikan sepanjang masa dan tidak diberikan untuk orang-orang sesudah mereka.
Alloh l berfirman:
"(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Alloh dan keridhoan (Nya) serta  menolong Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar".  "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dijauhkan dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung". {QS. Al Hasyr [59]: 8-9}
Alloh l berfirman:
"(Yaitu) orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Sesungguhnya mereka telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". {QS. Ali Imran [3]: 173}
Alloh l berfirman:
"Muhammad Rosululloh dan orang-orang yang bersama dia adalah tegar terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud, demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Dan sifat-sifat mereka dalam Injil seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, dengan mereka Alloh menjengkelkan hati orang-orang kafir. Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar". {QS. Al Fath [48]: 29}
Semua pujian ini menunjukan dengan nyata akan kebenaran manhaj sohabat g. Alloh l tidak mungkin memuji orang-orang dengan manhaj yang tidak diridhoi-Nya.


[1] Lihat kitab "Manhaj Al Istidlal `ala Masail Al I`tiqod `Inda Ahli As Sunnah wa Al Jama`ah", karya `Utsman bin `Ali Hasan : 1/ 40-44
[2] (HR. Abu Daud, no. 3607; Tirmidzi, no.2678; dan dia berkata, “Ini hadits hasan shohih”, Ibnu Majah, no.43; serta dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani, dalam Shohih Sunan Ibnu Majah, no.40-41)
[3] (HR. Abu Daud, no.4604; Imam Ahmad, 4/130; Ibnu Hibban, no.11; dan Tirmidzi, no.2666; dia berkata, “Ini hadits hasan ghorib dari jalan tersebut”, serta dishohihkan oleh Syeikh Al Albani, dalam Shohih Ibnu Majah, no.12)
[4] (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dalam Al Marosil, no.536; Syaikh Su`aib Al Arnauth berkata, “Rijalnya tsiqot, rijal Syaikhoin.”)
[5] Baca Kitab “Ma Ana `Alaihi wa Ashhabi”, Ahmad Salam
[6] (HR. Tirmidzi, no.2172; Imam Ahmad dalam musnadnya, 1/114; Ibnu Majah, no.2363; Ibnu Hibban, no.7254; dan dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no.431)
[7] (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, 1/115–117)
[8] Baca kitab “Hujjiyyah Qoul Sohabiy `inda As Salaf”, Dr. Tarhib bin Rubai`an bin Hadi Ad Dausiri. Kitab “Al Muwafaqot”, Asy Syatibi. Kitab “A`lam Al Muwaqqi`in”, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.

0 komentar:

Posting Komentar