Berikut adalah sebagian besar
dari prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah wal Jama`ah yang pada hakikatnya adalah
prinsip-prinsip Dinul Islam yang murni seperti yang disampaikan Rosululloh ` tanpa tercampur unsur-unsur
dari luar wahyu Ilahi. Setelah mempelajari dasar-dasar ini akan bertambah
keyakinan seseorang tentang kebenaran Islam, keyakinan bahwasanya Islam yang
murni dan asli adalah manhaj Ahlussunnah wal Jama`ah.
1.Sumber agama Islam dengan
segala seginya adalah wahyu Alloh dalam bentuk Al-Qur’an dan Hadits yang
shohih.
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang amat lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” {QS. Al Isro` [17]: 9}
Alloh l berfirman:
"Apa yang diberikan Rosul kepada
kalian maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah
dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh sangat keras hukumanNya.”
{QS.Al Hasyr [59]: 7}
Rosululloh ` bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.
“Hendaklah kalian berpegang teguh pada
sunnahku dan sunnah para khalifah
Rasyidin (yang terarahkan) dan mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah hal
tersebut dengan gigi geraham”.[2]
Alloh l berfirman :
"Dan Alloh telah menurunkan Kitab dan
hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.
Sesungguhnya karunia Alloh sangat besar atasmu". {QS. An Nisa’ [4]: 113}
Arti Hikmah disini adalah As-Sunnah
Alloh l berfirman :
"Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” {QS. An Najm [53]:
4}
Ini berarti
bahwa hadist-hadist Rosululloh ` pun adalah wahyu dari Alloh.
Rosululloh ` bersabda :
اَلاَ
اِنِّى اُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ.
“Ketahuilah
sesungguhnya aku diberikan Al-Qur`an dan yang sejenisnya (Sunnah) bersama-sama
dengannya”.[3]
Hasan bin `Athiyah v berkata:
كاَنَ
جِبْرِيْلُ يَنْزِلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ بِالسُّنَّةِ كَمَا يَنْزِلُ عَلَيْهِ
بِاْلقُرْآنِ وَيُعَلِّمُهُ إِيَّاهَا كَمَا يُعَلِّمُهُ اْلقُرْآنَ
“Jibril turun kepada Rosululloh ` membawa
sunnah sebagaimana dia turun membawa Al
Quran. Dia pun mengajarkan kepada beliau sunnah sebagaimana dia
mengajarkan Beliau Al Qur`an”.[4]
Pengikutan pada keduanya adalah pengikutan pada khabar
dari Alloh l dan
tuntunan-Nya. Tidak ada suatu pun yang boleh menyaingi dan menandingi keduanya,
tiada pertentangan di antara keduanya. Kalau terbayang adanya pertentangan
dalam kaca mata kita, maka hal itu disebabkan oleh kesalah-pahaman (yang bisa
disebabkan oleh banyak hal, terutama adalah kejahilan) atau hadits yang tidak
shohih.
Ini berarti bahwa ketika sohabat
g telah berijma’ pada suatu
masalah dalam agama, maka ijma’ itu harus diikuti. Siapa yang melanggarnya akan
berdosa dan sesat. Ijma` Sohabat g adalah ma’sum, walaupun
perorangan mereka tidaklah ma’sum. Ketika keyakinan mereka pada suatu masalah
terbagi atas lebih dari satu, maka kita harus mengikuti salah satunya dan tidak
boleh menentukan keyakinan lainnya.
Alloh l berfirman:
"Dan barangsiapa yang menentang rosul
sesudah jelas kebenaran baginya serta mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya
tempat kembali". {QS. An Nisa’ [4]: 115}
Orang-orang
mu’min di ayat ini adalah Sohabat g
Rosululloh
l bersabda:
أُوْصِيْكُمْ
بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِي يَلُوْنَهُمْ … مَنْ
أَرَاد بحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ.
“Aku wasiatkan kalian (mengikuti) para sohabatku,
lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian generasi setelah itu... Barangsiapa
yang menghendaki keluasan jannah, maka berpegang teguhlah dengan jama`ah”.[6]
Para Sohabat g dan dua generasi itulah yang dimaksud dengan Jama’ah
Rosululloh ` bersabda:
لاَ يُجْمِعُ
اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ عَلَى الضَّلاَلَةِ أَبَدًا.
“Alloh tidak akan pernah menghimpun umat
ini di atas kesesatan”.[7]
3.
Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits
harus sesuai dengan pemahaman sohabat g dan methode pemahaman mereka.[8]
Prinsip ini terlalu kuat dan
terlalu penting dalam Dinul Islam. Kepentingan dan keutamaannya didukung oleh
dalil-dalil yang kuat dan jelas sekali.
Di antara dalil-dalil yang
mendukung prinsip ini adalah sebagai
berikut:
a.
Sohabat g telah
dipuji Alloh l di banyak ayat suci Al-Qur’an. Pujian yang diabadikan
sepanjang masa dan tidak diberikan untuk orang-orang sesudah mereka.
Alloh l berfirman:
"(Juga) bagi para fuqara
yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka
(karena) mencari karunia dari Alloh dan keridhoan
(Nya) serta menolong Alloh dan Rosul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar". "Dan orang-orang yang telah menempati
kota Madinah dan telah beriman (Ansor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dijauhkan
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung".
{QS. Al Hasyr [59]: 8-9}
Alloh l berfirman:
"(Yaitu) orang-orang yang
dikatakan kepada mereka: "Sesungguhnya mereka telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kalian karena itu takutlah kepada mereka", maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". {QS.
Ali Imran [3]: 173}
Alloh l berfirman:
"Muhammad Rosululloh dan orang-orang yang bersama
dia adalah tegar terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Alloh dan
keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud,
demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Dan sifat-sifat mereka dalam Injil
seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, dengan
mereka Alloh menjengkelkan hati orang-orang kafir. Alloh menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar". {QS. Al Fath [48]: 29}
Semua
pujian ini menunjukan dengan nyata akan kebenaran manhaj sohabat g.
Alloh l tidak
mungkin memuji orang-orang dengan manhaj yang tidak diridhoi-Nya.
[1] Lihat kitab
"Manhaj Al Istidlal `ala Masail Al I`tiqod `Inda Ahli As Sunnah wa Al
Jama`ah", karya `Utsman bin `Ali Hasan : 1/ 40-44
[2] (HR. Abu Daud,
no. 3607; Tirmidzi, no.2678; dan dia berkata, “Ini hadits hasan
shohih”, Ibnu Majah, no.43; serta dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani,
dalam Shohih Sunan Ibnu Majah, no.40-41)
[3] (HR. Abu Daud, no.4604; Imam Ahmad, 4/130; Ibnu
Hibban, no.11; dan Tirmidzi, no.2666; dia berkata, “Ini hadits hasan ghorib
dari jalan tersebut”, serta dishohihkan oleh Syeikh Al Albani, dalam Shohih
Ibnu Majah, no.12)
[4] (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dalam Al Marosil,
no.536; Syaikh Su`aib Al Arnauth berkata, “Rijalnya tsiqot, rijal Syaikhoin.”)
[5] Baca Kitab “Ma
Ana `Alaihi wa Ashhabi”, Ahmad Salam
[6] (HR. Tirmidzi, no.2172; Imam Ahmad dalam
musnadnya, 1/114; Ibnu Majah, no.2363; Ibnu Hibban, no.7254; dan dishahihkan
oleh Syeikh Al Albani dalam Silsilah Al
Ahadits Ash Shahihah, no.431)
[8] Baca kitab “Hujjiyyah
Qoul Sohabiy `inda As Salaf”, Dr. Tarhib bin Rubai`an bin Hadi Ad Dausiri.
Kitab “Al Muwafaqot”, Asy Syatibi. Kitab “A`lam Al Muwaqqi`in”,
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.
0 komentar:
Posting Komentar