ADAB
BERMAJLIS BAG 2
Pembaca
yang budiman// Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kita bisa berjumpa
kembali dalam rangka meningkatkan keimanan kita pada Alloh // untuk kesempatan kali ini
kita akan melanjutkan pembahasan tentang adab bermajlis//
Pada
pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari 5 adab diantara adab-adab bermajlis/
yaitu yang pertama adalah... menyebut nama Alloh atau dzikrulloh di dalamnya/ dan bersholawat
kepada Rosululloh // Selanjutnya/ adab yang
kedua dalam majlis adalah/ memilah-milah rekan semajlis// adab ketiga yaitu
mengucapkan salam kepada orang yang berada di majlis / ketika datang maupun
pergi/ adab keempat tidak menempati majlis orang lain yang terlebih dahulu
menempatinya// adab kelima melapangkan majlis//
Nah Pembaca/
adapun adab bermajlis selanjutnya adalah;
Yang
keenam/ tidak diperbolehkan
memisahkan tempat duduk dua orang kecuali dengan izin keduanya //
Pembaca//
Nabi bersabda;
لَا
يُجْلَسْ بَيْنَ رَجُلَيْنِ إِلَّا بِإِذْنِهِمَا
yang
artinya/ “Tidak boleh bagi seseorang memisahkan dua orang kecuali dengan
izin mereka berdua//" (HR. Abu Dawud)
Ini
merupakan adab nabawiyah yang sangat agung // Yaitu melarang seseorang duduk
diantara dua orang kecuali dengan izin mereka berdua // Dan diantara sebab
larangan itu/ bahwa bisa jadi antara kedua orang tersebut terjalin kecintaan
dan kasih sayang/ serta telah terikat hal-hal yang rahasia serta amanah / maka
pemisahan mereka berdua dengan duduk di antara keduanya akan membuat keduanya
keberatan dan menyebabkan timbulnya ganjalan dalam hati//
Jadi/
hendaknya kita tidak sembarangan duduk dalam majlis yang memisahkan dua orang//
Akan tetapi/ kita harus meminta izin keduanya terlebih dahulu//
Selanjutnya/
adab yang ketujuh adalah/ duduk di bagian akhir majlis/ dan tidak memaksakan
diri untuk duduk di bagian depan dengan berdesak-desakan//
Pembaca/
adab ini merupakan hal yang telah ditunjukkan dari perbuatan sahabat diiringi
pembenaran Nabi kepada
mereka //
Dari
Jabir bin Samurah / ia berkata/ Apabila kami mendatangi Nabi salah seorang diantara kami duduk dibagian
akhir majlis//"
Maksudnya
adalah di antara perbuatan para sahabat apabila mereka mendatangi suatu majlis/
mereka tidak pernah memaksakan diri
untuk duduk dibagian depan / atau berdesakan dan bersempit-sempitan dengan peserta majlis lainnya
yang telah lebih dulu duduk di depan majlis// akan tetapi mereka duduk di tempat
berakhirnya majlis // Ini menunjukkan kesempurnaan adab mereka para sahabat
Nabi // dan sangat patut bagi kita untuk meneladani
adab mereka//
adab
yang kedelapan/ tidak berbisik-bisik dengan satu orang saja tanpa melibatkan
orang ketiga/ jika dalam majlis ada tiga orang//
Pembaca
yang budiman/ larangan dua orang berbisik tanpa melibatkan orang yang ketiga/
adalah berdasarkan hadits riwayat Abdulloh bin Mas’ud / ia berkata/ Nabi bersabda/
إِذَا
كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى
تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ
“Apabila
kalian terdiri atas tiga orang/ maka janganlah dua orang berbicara rahasia
tanpa menyertakan orang yang ketiga / hingga kalian berada dikerumunan orang
banyak/ karena yang seperi itu akan membuatnya bersedih//" (HR. Bukhori
dan Muslim)
Berbisik
yang terlarang adalah dua orang yang berbicara rahasia tanpa melibatkan orang
yang ketiga // Sebab larangan itu adalah
/ agar hati orang yang ketiga tidak bersedih karena melihat dua rekannya
berbicara dengan rahasia //
Sementara
setan sangatlah bersemangat untuk memasukkan kesedihan / was-was dan kebimbangan di dalam hati
seorang muslim // Oleh karena itu Nabi melarang perbuatan tersebut/ dengan begitu
akan memotong setiap jalan setan // Dan supaya seorang muslim tidak
berprasangka buruk kepada saudaranya //
Namun
apabila peserta suatu majlis berjumlah empat orang atau lebih/ maka tidak
mengapa berbisik-bisik di antara dua orang dilakukan / karena alasannya telah hilang//
Sebagaimana syarat yang terdapat dalam hadits tersebut yaitu /'' hingga
berada dikerumunan orang banyak''//
Baik
Pembaca kita lanjutkan pada adab berikutnya// Yaitu/ tidak sembarangan menyimak
pembicaraan orang lain tanpa izin//
Pembaca
yang budiman/ telah ada ancaman yang keras bagi seseorang yang mendengarkan
pembicaraan suatu kelompok atau majlis/ sementara kelompok tersebut tidak
menyukainya // Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin
Abbas huma/ ia berkata/ Rosululloh bersabda yang artinya/
وَمَنِ
اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ
صُبَّ فِي أُذُنِهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barang
siapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum sementara kaum tersebut tidak
menyukainya/ atau mereka menjauh darinya/ maka akan dituangkan ke telinganya
timah cair pada hari kiamat // (HR Al Bukhori)
Dalam
larangan ini hanya terbatas jika kaum atau peserta majlis tersebut tidak
menyukai pembicaraan mereka didengar// akan tetapi/ jika kaum atau majlis tersebut
meridhoinya/ maka boleh bagi kita untuk mendengarkan pembicaraan mereka// terlebih
bila perbincangan mereka dilakukan secara keras hingga yang berada disekitarnya
bisa mendengarkan baik sengaja maupun tidak/ maka hal ini tidak termasuk
larangan tersebut //
Selanjutnya
Pembaca/ di antara adab bermajlis lainnya adalah menghindari cara duduk dan
kondisi duduk yang dilarang//
Telah
shohih diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau melarang cara duduk tertentu //
Dan pada beberapa kondisi tertentu // Cara dan keadaan ini / diantaranya ada
yang dapat kita ketahui alasannya melalui dalil/ dan ada juga yang dapat
diketahui melalui telaah ilmiyah //
Adapun
cara duduk yang terlarang yaitu/ duduk dengan meletakkan tangan kiri tepat
dibelakang punggung/ lalu badan disandarkan ke daging pangkal persendian tangan
yang tepat berada dipangkal ibu jari //
Hal
itu diterangkan pada hadits Asy-Syariid bin Suwaid / beliau mengatakan/ “Rosululloh melewatiku disaat aku sedang duduk seperti ini
// Aku meletakkan tangan kiriku dibelakang punggungku lalu Aku bertelekan
dengan siku tangan belakangku// maka beliau
bersabda : “Apakah engkau duduk
sebagaimana duduknya kaum yang Alloh murkai?//
Adapun
keadaan duduk yang dilarang / yaitu duduk diantara cahaya matahari dan bayangan
//
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَهَى أَنْ يُجْلَسَ بَيْنَ الضِّحِّ
وَ الظِّلِّ وَ قَالَ مَجْلِسُ الشَّيْطَانِ
“Rosululloh melarang duduk di antara (tempat yang) panas
(yang tidak ada naungannya) dan (tempat yang) dingin (yang ada naungannya), dan
beliau bersabda, ‘(Itu adalah) tempat duduknya
setan.’ ” (Shohih HR. Ahmad)
Adapun
sebab dari larangan duduk dalam keadaan seperti itu adalah/ bahwa majlis yang
seperti itu adalah majlis setan//
Nah Pembaca/
jadi sebaiknya kita harus memperhatikan cara dan kondisi duduk kita// Karena
jika kita salah dalam cara dan keadaan duduk/ kita akan menyerupai duduknya
orang yang dimurkai Alloh / atau majlisnya setan//
Na'udzubillah//
Adab
selanjutnya/ menahan diri untuk tidak banyak tertawa//
Pembaca
yang budiman/ bukanlah merupakan suatu kepribadian yang baik dan bukan juga
suatu adab/ apabila didalam suatu majlis kita lebih dominan tertawa//
Padahal/
sedikit tertawa akan menumbuhkan kegesitan di dalam hati dan melegakan hati// Sementara
banyak tertawa adalah penyakit yang akan mematikan hati//
Perhatikanlah
sabda Rosululloh yang diriwayatkan dari abu Huroiroh // Ia berkata/ Rosululloh bersabda/
لَا
تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Janganlah
kalian memperbanyak tawa/ karena banyak tertawa akan mematikan hati//" (HR. At-Tirmidziy dan Ahmad)
Jadi/
jika kita tidak ingin hati ini menjadi mati/ maka kurangilah tertawa dalam
majlis dan hindari hal-hal yang akan membuat kita tertawa dengan kelucuan yang
dibuat-buat//
Baik/
adab yang selanjutnya adalah/ menahan diri untuk tidak bersendawa dihadapan
orang-orang//
Pembaca/
dimakruhkan bersendawa dihadapan orang lain// hal ini ditunjukkan oleh sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar / ia berkata/ “Seseorang
bersendawa dihadapan Nabi // Lalu Nabi bersabda/ “Seharusnyalah
engkau menahan sendawamu dihadapan kami / karena sesungguhnya yang paling
kenyang diantara mereka didunia/ maka akan merasakan lapar yang teramat lama
pada hari kiamat//"
Adab
yang selanjutnya/ yaitu disunnahkan untuk menutup majlis dengan bacaan Kaffarah
Majlis
Pembaca/
ketika seorang manusia adalah makhluk yang lemah dan setan senantiasa berupaya
untuk menyesatkannya serta selalu berusaha untuk mempengaruhinya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan jelek// Maka banyak kaum Muslimin yang jatuh ke
dalam perbuatan dan perkataan yang buruk/ berhias dusta dan kebatilan//
Namun/
Alloh Yang Maha Pengasih kepada setiap hamba-Nya/ mensyariatkan kepada mereka
melalui lisan Nabi mereka beberapa kalimat yang sebaiknya mereka ucapkan / sehingga
akan menggugurkan segala noda yang menggantungi mereka pada majlis itu/
kemudian juga Robb mereka telah berkenan menjadikan kalimat-kalimat ini sebagai
penyerta majlis-majlis kebaikan//
Kalimat-kalimat
penggugur kesalahan dalam majlis ini disebutkan di dalam hadits Abu Huroiroh / ia berkata/ Rosululloh bersabda/ “Barangsiapa yang duduk disuatu
majlis yang banyak ucapan sia-sianya / kemudian dia sebelum berdiri
mengucapkan:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
kecuali
Alloh akan mengampuni segala yang ada pada majlis itu//"
Dan Pembaca/
adab terakhir yang dapat kita bahas di antara adab bermajlis adalah/ tidak
menghadiri majlis yang didalamnya terdapat kemunkaran//
Pembaca
yang budiman dimanapun Anda berada/ sesungguhnya Alloh membenci majlis yang didalamnya terdapat
kemunkaran// jika kita duduk di majlis yang terdapat kemunkaran dan hanya diam/
maka kedudukan kita sama saja dengan pelaku kemunkaran/ dan akan mendapat
kebencian pula dari Alloh // oleh karena itu/ wajib
bagi kita untuk beramar ma'ruf nahi munkar// Adapun di antara upaya amar ma'ruf
nahi minkar yang paling rendah/ adalah dengan tidak menghadiri tempat
kemunkaran tersebut/ kecuali jika kita memiliki tekad dan kemampuan untuk mengubah
kemunkaran tersebut//
Pembaca yang budiman/ sampai disini perjumpaan kita/ telah
kita pelajari bersama adab-adab dalam bermajlis// semoga setelah kita mengetahuinya/
Alloh memberikan kemudahan bagi kita untuk
mengamalkannya/ kemudian mengajarkan kembali pada orang lain// semoga
bermanfa'at// Wallohu a'lam/// Editor Naskah;Dawud Farday SU.d.
Diambil dari Rubrik Radio Fajri 99.3 Fm
0 komentar:
Posting Komentar