Sumber: Majalah As silmi Edisi 2 (Yayasan Islam Al Huda Bogor)
} ...وَ مَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ
عِندِ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ {
“….Dan
kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” [QS.
al-Anfāl (8): 10]
S
|
esungguhnya ada 2 (dua) hakekat besar yang harus dikuasai dan difahami oleh
para da`i dan para pembaharu, yaitu:
Pertama: Masa depan akan menjadi milik Islam dan kemenangan akan diberikan ke-pada
orang-orang yang bertaqwa. Hal ini banyak
dijelaskan oleh nash-nash yang pasti dan tegas, di antaranya adalah:
} هُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ {
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk
(al-Qur’an) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama,
walupun orang-orang musyrik tidak menyukainya” [QS. at-Tawbah (9): 33]
} إِنَّا
لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَ الَّذِينَ آمَنُوا فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ يَقُومُ
الأَشْهَادُ{
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia
dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari
kiamat)” [QS.
al-Mu'min (40): 51]
} وَ كَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ
المُؤْمِنِينَ {
“Dan Kami
selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” [QS. ar-Rūm (30): 47]
Kedua: Sesungguhnya Allah swt akan memenangkan orang yang menolong-Nya dan orang-orang yang berpegang teguh ke-pada
agama-Nya. Dia akan menghinakan orang-orang yang menyingkirkan agama-Nya,
melanggar perintah-Nya dan meng-ikuti hawa nafsunya. Dalam hal ini, Allah swt
berfirman:
} وَ لَيَنصُرَنَّ
اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ {
“Sesungguhnya Allah pasti menolong
orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguh-nya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” [QS. al-Hajj (22): 40]
} يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَ يُثَبِّتْ
أَقْدَامَكُمْ {
“Hai orang-orang yang beriman, jika
ka-lian
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan
ke-dudukan kalian” [QS. Muhammad (47): 7]
} حَتَّى
إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَ ظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ
نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَن نَّشَاءُ وَ لاَ يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ القَوْمِ
المُجْرِمِينَ {
“Sehingga
apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan
telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu
pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak
dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa” [QS. Yūsūf (12): 110]
Dalam memahami dua
hakekat yang agung ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga,
yaitu:
1.
Tidak ada kata putus asa dan rasa kecewa dalam kamus kehidupan kaum
mu`minin.
Aqidah kita adalah aqidah
kemenangan, agama kita adalah agama kedaulatan. Kewajiban kita adalah
memastikan dan mengetahuinya dengan yakin, agar kita hidup dengan jiwa yang
dinaungi harapan positif, pandangan yang bersinar dan satu petunjuk di bawah
naungan-Nya.
} إِلاَّ
تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ
أَخْرَجَهُ الَّذِينَ
كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا
َتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا
فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَ أَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ
تَرَوْهَا وَ جَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ
كَفَرُوا السُّفْلَى وَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَ اللهُ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ {
“Jikalau
tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu)
ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang
dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu
dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah
bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [QS. at-Tawbah (9): 40]
Di samping itu,
harapan positif dan berbaik sangka kepada Allah swt adalah pilar penting bagi
seseorang yang menghendaki perubahan. Urgensinya akan semakin jelas saat kita
mengerti bahwa sasaran utama musuh-musuh kita adalah lemahnya kepribadian kita,
tertanamnya sikap putus asa dan rendah jiwa, agar cita-cita kita memudar dan
dororgan ke-bangkitan dalam jiwa-jiwa kita melemah, karena ummat yang berputus
asa tidak akan sanggup berdaya upaya melakukan berbagai hal.
2.
Sesungguhnya ta`at kepada Allah swt dan konsekwen dengan syari`at-Nya
merupakan kunci kemenangan dan pintu kedaulatan.
Tidak ada jalan lain bagi
ummat ini untuk meraih ketinggian, kemenangan dan kemuliaan kecuali dengan
melewati jalur tersebut.
‘Umar al-Farūq ra berkata:
( أِنَّا كُنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ، فَأَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ؛
فَمَهْمَا نَطْلُبُ اْلعِزَّةَ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا
اللهُ بِهِ: أَذَلَّنَا اللهُ )
“Sesungguhnya dahulu kami adalah
kaum terhina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Bagaimanapun kami
mencari kemuliaan dari selain apa yang Allah telah muliakan kami, niscaya Allah
akan menghinakan kami” (HR. al-Hākim: 1/130 dan beliau berkata:
Hadits Shahih sesuai syarat al-Bukhāriy dan Muslim, namun keduanya tidak
meriwayatkannya)
Atas dasar hal
tersebut, Allah swt telah menjadikan kemuliaan dan kehinaan kita di
tangan-tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Bukti kebenarannya
adalah Firman Allah swt di dalam Kitab-Nya:
} أَوَ لَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم
مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ {
“Dan mengapa
ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan
Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini”. Katakanlah: ”Itu
dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu” [QS. Āli Imrān (3):
165]
Amal-amal kitalah
sebab musibah yang menimpa dan menerpa kita,maka itu pulalah sumber
kebangkitan, syarat reformasi serta pilar perubahan yang diharapkan. Allah
Ta`ala berfirman :
} إِنَّ
اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ {
“Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri” [QS.
ar-Ra'd (13): 11]
3.
Sesungguhnya kemenangan akan tertunda disebabkan ketiadaan syarat-syaratnya
atau keberadaan penghalang-penghalangnya.
Orang yang mampu
merenungkan kondisi kita saat ini, akan mendapatkan bahwa iman telah melemah,
unsur-unsur yang mencederai pokok dan kesempurnaan iman amat merebak, umat
tenggelam dalam lingkaran syahwat dan syubhat Di samping gejolak kelalaian
telah banyak menyebabkan kekacauan dan perpecahan, lebih jauh lagi mengarah
pada kelalaian mempersiapkan diri dan meraih sebab-sebab kemenangan.
Di saat itu biasanya
hanya berwujud salah satu dari dua tokoh :
Seorang tokoh yang
lemah iman, hatinya terikat dunia dan kemewahan, penuh rasa takut dan pengecut,
selalu siap setia –sebelum diminta– kepada musuh-musuh-nya guna
mewujudkan apa yang disangkanya tujuan.
Tokoh lain adalah anak
cucu kaum munafiqin terdahulu yang ditarbiyah kaum musuh secara langsung yang
telah menjadi agen-agennya serta sangat bermusuhan dengan umat Islam dan ajaran
pokok utamanya.
Ini gambaran secara
umum.
Adapun jika kita masuk
ke tengah-tengah para reformis serta pendorong semangat di kalangan ulama dan
da`i, walaupun memiliki banyak kebaikan dan manfaat, akan tetapi kita
menyaksikan beragamnya penyakit yang ada pada mereka. Salah satu di antaranya
adalah menjadi penghalang kemenangan dan pencegah kedaulatan, tentu
pertanyaannya bagaimana mungkin keduanya bisa menyatu ? Kita dapat melihat
sebagian mereka minim dalam fiqh, lemah dalam wawasan, miskin dalam tabligh dan
bayan, mencari dunia dan makan atas nama agama, perpecahan, kekacauan dan
kepartaian atas dasar selain agama di banyak sekali keadaan…dan lain-lain.
4.
Sekalipun kelemahan sangat dahsyat dan kekacauan amat besar, akan tetapi
keburukan yang ada belum sampai pada kondisi yang dilakukan masyarakat
Jahiliyyah sebelum bi`tsah nabawiyyah yang mulia.
Pada saat itu Allah Swt
memandang penghuni bumi dengan pandangan murka baik mereka yang berbangsa Arab
ataupun berbangsa non Arab, kecuali segelintir dari Ahlul Kitab.
Rasulullah Saw bersabda :
(( وَ إِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى
أَهْلِ الأَرْضِ عَرَبَهُمْ وَ عَجَمَهُمْ
إِلاَّ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ ))
“Sesungguhnya Allah memandang penghuni bumi, lalu Dia memurkai mereka,
baik mereka yang berbangsa Arab maupun yang berbangsa non Arab, kecuali Ahlul
Kitab yang masih tersisa” (HR. Muslim Kitāb al-Jannah Bāb ash-Shifāt
allatī Yu`raf Bihā fi ad-Dunyā Ahla al-Jannah wa Ahl an-Nār No. 2865)
Hal itu dikarenakan,
walaupun umat ini menderita penyakit kronis, akan tetapi tetap hidup belum
mencapai kematian, masih memiliki unsur-unsur kekuatan dan bahan-bahan
perubahan yang masih bisa dipetik hasilnya, walaupun semua itu tak mungkin
tercapai selama para reformis tidak menempuh manhaj Nabawi dalam perubahan.
Saat seseorang
merenungkan kondisi para perubah di masa kita dengan berbagai metode perubahan
yang mereka kembangkan, dia akan mengetahui bahwa mereka berada pada berbagai
ragam jalan yang berbeda. Sebagian mengadopsi hanya satu sisi perubahan dan
menyingkirkan perubahan lainnya. Sebagian lagi terlalu tergesa-gesa menempuh
jalan, lalu memilih marhalah puncak di antara marhalah-marhalah perubahan
dengan mengabaikan marhalah-marhalah sebelumnya yang sebenarnya menjadi pondasi
berdiri tegaknya marhalah yang dipilih tersebut. Inilah pemilihan marhalah jihad
fhisik sebagai metode satu-satunya, tidak ada jalan lain selain itu, karena
dialah puncak perjuangan Islam. Apa yang diriwayatkan oleh ‘Umar al-Farūq ra:
(( إِنَّ اللهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ
مَا لاَ يَزَعُ بِالْقُرْآنِ ))
“Sesungguhnya Allah akan mengokohkan dengan kekuasaan
sesuatu yang tidak kokoh dengan al-Qur`an” (Lihat: Tarikh Baghdad: 4/70
dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: 3/60 dengan lafadz tersebut
secara marfu`, namun tidak syah riwayat marfu`nya)
Di pihak lain ada
golongan yang ter-kena penyakit pengecut dan penakut, khawatir mendapatkan
siksaan, terlalu asyik dengan dunia dan kesenangan. Mereka hanya melihat
besarnya kebaikan yang ada dengan mengabaikan lawanan-nya, lalu syaithon
menghiasi keburukan amalnya. Mereka berpandangan bahwa melawan keburukan yang
begitu dahsyat walaupun dengan cara yang bijak dan metode yang baik merupakan
ketergesa-gesaan dan kengawuran serta keluar dari metode yang tepat dan lurus.
Sekalipun seluruh metode ini mewujudkan beberapa kebaikan, akan tetapi tetap
tidak mengarah kepada perubahan yang sesungguhnya, karena hanya mengambil
sebagian kandungan al Kitab dan meninggalkan bagian lainnya.
5.
Ada dua penghalang yang saling berlawanan, di mana keduanya merupakan dua
penghalang terbesar yang menghalangi keberhasilan da`wah kebaikan dan perubahan
:
Ketergesa-gesaan serta kelemahan dan kengawuran.
Penghalang pertama
akan membawa kepada kehancuran, bagaimanapun baiknya tujuan si pelaku, karena
telah kehilangan tahapan dan kebijaksanaan serta tidak memberikan ruang bagi
masa depan yang panjang.
Penghalang kedua akan
menghalangi seseorang dengan amal kerjanya, yang selanjutnya akan mengarah pada
lemahnya jiwa.
Siapapun yang
merenungkan petunjuk Nabi saw dalam perubahan, niscaya dia akan menemukan bahwa
beliau saw telah mengerahkan semaksimal kemampuannya dalam melakukan reformasi
dan perubahan dengan metode yang begitu kuat dan kontinyuitas yang cukup tinggi
karena kekokohan dan ketangguhan beliau
seperti gunung-gunung menjulang. Akan tetapi, Semua itu tetap berada
pada alur tahapan, ketenangan, kebijaksanaan yang jelas, serta menggunakan
seluruh sarana-sarana syar`i dan mendatangi rumah melalui pintunya masing-masing.
Beliau saw berdakwah,
mengajar, membina, mendidik, mempersaudarakan, menyatukan dan mendirikan daulah
Islam yang menjadi pilar jihad dan penegakan syari`at Islam di masyarakat,
Itulah hidayah Rasulullah Saw.
Jika kita menghendaki umat kita beruntung,
jiwa kita sukses, maka kita wajib menempuh jalan yang dilalui oleh Rasulullah
saw dan berjalan di atas manhajnya, karena tidak akan baik kondisi umat ini
kecuali dengan sesuatu yang telah memperbaiki kondisi umat yang pertama.
6.
Di balik peristiwa yang menyakitkan ini - di samping munculnya bintang-bintang bersinar di kalangan ulama
robbani, para da`i yang jujur dan para pendukung shohwah mubarokah - sesungguhnya
kewajiban yang ada pada masa sekarang adalah menjelaskan dan menda`wahkan yang
hak, mengajarkan agama dan mendidik para penganutnya, hingga generasi
terpelihara dan cita-cita terjaga.
Untuk menjalankan perealisasian dan perwujudannya, maka
wajib kita beramal dengan melewati berbagai kesulitan dan menanggung berbagai
halangan, sebesar apapun kesulitan dan halangan tersebut.
Sumber: Majalah As silmi Edisi 2 (Yayasan Islam Al Huda Bogor)
Sumber: Majalah As silmi Edisi 2 (Yayasan Islam Al Huda Bogor)